http://www.islamtimes.org/vdceoz8zxjh8zfi.rabj.html
Harga Konflik Papua, Seharga Kursi Presiden!
Anda bisa bilang ini bicara kosong orang yang berpikir konspiratif. “West Papua? The Road to Freedom” di East School of the Examination Schools, 75-81 High Street, Oxford, Inggris dan Kongres Papua Merdeka beberapa
bulan lalu adalah adalah pesan ‘manis’ asing buat Indonesia. Mereka
akan segera datang ke Jakarta dengan sebuah “minuman kaleng” baru.
Jakarta mengutak-atik persoalan di Papua, berarti Jakarta mesti siap merelakan Papua menjadi Timor Leste. Satu persoalan yang pernah diwanti-wantikan oleh AC Manulung –Tabloid Intelijen edisi dwi mingguan 21 mei 2008– ; ”Gerakan separatis Papua muncul sebagai gerakan konspirasi asing dan ini sesuai dengan grand strategy global AS” .
Diakui atau tidak, Papua adalah daerah yang sejak lama menjadi
ladang perebutan antara tiga keuasaan, Amerika Serikat, Inggris
dan Australia. Ini semua karena keberadaan sumber dan gas alam yang
meruah dan tak kunjung habis. Kemudian gejolak dan putaran politik di
Tanah Cendrawasih bergerak terlalu jauh dari sekedar permasalahan isi
perut Papua. Isu pelanggaran HAM, korupsi yang merajalela membuat
pejabat di Jakarta ’sengaja’ lupa jika harga Papua sebegitu mahal dan
berharga bagi kekuatan asing disana.
Alasan dicari-cari, dalil pembenaran dibikin, dan ini yang nampak
ke permukaan adalah; pemerintah gagal dalam mensejahterakan rakyat
disana. Lobang kesenjangan yang sangat besar antara masyarakat Papua dan
segelintir terpuaskan elite lokal menimbulkan pemberontakan dan
separatisme.
Dan ini yang sengaja dilupakan, mengapa dan kenapa setiap Republik
ini mau renegosiasi soal besaran royalty gergasi tambang-tambang
raksaasa Milik Asing, selalu saja muncul gerakan-gerakan yang
memprovokasi ketidakstabilan politik di wilayah sana. Kira-kira siapa
yang pegang remote control hingga chanel TV berganti sesuai selera
segelintir penguasa? Dan pion siapa sebetulnya OPM itu? Nyatanya OPM
tidak pernah kelaparan, pemimpin mereka bisa mondar-mandir keluar negeri
dengan bebas dan disambut bak pahlawan, ke London, ke Amsterdam, ke New
York ke Swiss. Pengawalan yang super ketat dan selalu mampu memborong
senjata super canggih yang tidak ada dipasaran sepulangnya dari
plesiran.
Ketidakberesan pemerintah dalam mengelola anggaran bisa jadi itu
benar sebagai pemicu konflik berdarah disana. Tetapi yang pasti soal itu
bukan alasan utama, karena secara terang benderang kegiatan provokasi
selalu datang tatkala isu renegosiasi muncul ke permukaan.
Tentu saja jawaban fasih semua ini ada di kantong-kantong celana
dan jas necis segelintir elit negeri ini. Dan mereka sadar, dengan
membiarkan liar, mengelola dan mengembangbiakkan konflik berdarah disana
adalah seharga kursi presiden!
Dan begitulah realitasnya, satu dua Kedutaan Besar Asing di
Indonesia, nampaknya selalu beruntung mendapati
pejabat-pejabat negara Republik Indonesia yang selalu “ramah tamah” dan
selalu sumringah meski kepada penjajah! [Islam Times/ON/K-014]
YUK NEMBANG LAGI YUK!
Congress of the United States
Washington, DC 20515
August 19, 2011
Washington, DC 20515
August 19, 2011
Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono
President of the Republic of Indonesia
Istana Merdeka
Jakarta 10110
Indonesia
President of the Republic of Indonesia
Istana Merdeka
Jakarta 10110
Indonesia
Your Excellency:
As Members of the House of Representatives of the United States
Congress, we write asking your government to release Filep Samuel Karma,
a Papuan political activist and former civil servant, who has been
unlawfully and arbitrarily detained since 2004.
Mr. Karma is a prominent non-violent Papuan political activist. He
is currently serving a 15- year prison sentence following his raising of
the Papuan Morning Star flag at a 2004 political rally celebrating the
1961 Papuan declaration of independence from Dutch rule. U.S. policy
towards Indonesia supports the advancement of universal human rights and
the fair and nondiscriminatory treatment of all people, which includes
the peoples of Papua andWest Papua. As a strategic partner, we remain
concerned that your government meet its fundamental obligations to
protect the rights of its people, as respect for human rights
strengthens democracy.
Mr. Karma’s trial violated international standards of due process
of law. For example, the judge made several plain statements indicating a
bias against Mr. Karma. Additionally, Mr. Karma’s appeal was rejected
on unfounded procedural grounds. And during his incarceration, he has
suffered degrading and inhumane treatment, including the denial of
necessary medical treatment. Recently, Mr. Karma has been placed in an
isolation cell that is causing respiratory problems and has been denied
adequate food and water. Additionally, Indonesian authorities have
repeatedly threatened to move Mr. Karma to Nusa Kambangan Prison, which
reputedly has the worst prison conditions in Papua.
Mr. Karma’s case represents an unfortunate echo of Indonesia’s
pre-democratic era, when Indonesia regularly imprisoned political
activists on unlawful grounds. Indeed, Mr. Karma’s case was cited in the
United States State Department 2009 Human Rights Report as an example
of Indonesia’s detention of political prisoners. Accordingly, Mr.
Karma’s release would be a welcome indication of the Government of
Indonesia’s otherwise robust commitment to democracy and human rights.
We urge your government uphold its commitments to international law
and to its own domestic law and immediately and unconditionally
release Mr. Karma.
Sincerely,
Joseph R. Pitts
James P. Moran
James P. Moran
Frank R. Wolf
James McGovern
Jim McDermott
Christopher Smith
Heath Shuler
Steve Cohen
Chellie Pingree
Henry A. Waxman
Tammy Baldwin
Edolphus Towns
Carolyn B. Maloney
Lloyd Doggett
Michael M. Honda
Bob Filner
Janice D. Schakowsky
Thaddeus McCotter
Barney Frank
Steven R. Rothman
Jesse L. Jackson, Jr.
Sam Farr
Dana Rohrabacher
Edward J. Markey
Maurice D. Hinchey
Eni F.H. Faleomavaeg
James McGovern
Jim McDermott
Christopher Smith
Heath Shuler
Steve Cohen
Chellie Pingree
Henry A. Waxman
Tammy Baldwin
Edolphus Towns
Carolyn B. Maloney
Lloyd Doggett
Michael M. Honda
Bob Filner
Janice D. Schakowsky
Thaddeus McCotter
Barney Frank
Steven R. Rothman
Jesse L. Jackson, Jr.
Sam Farr
Dana Rohrabacher
Edward J. Markey
Maurice D. Hinchey
Eni F.H. Faleomavaeg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar