Sabtu, 28 Maret 2015

Wow! Struktur Mirip “Tembok” Lurus di Dalam Laut Utara Papua


Jayapura Wall sepanjang 110km dilihat dari satelit. (Courtesy: Google Earth)
ENTAH MENGAPA, TIBA-TIBA “GOOGLE MAP” DAN   MENGHILANGKAN STRUKTUR TERSEBUT SEJAK JANUARI 2012 LALU
Bagi bangsa Indonesia, Nuswantara (Nusantara) dikenal juga mencakup hingga ke tanah Irian Jaya (pulau Papua). Salah satu pulau terbesar di dunia ini banyak mengandung misteri yang belum terungkap.
Ternyata di perairan utara dari salah satu pulau terbesar itu juga tersimpan suatu misteri yang menakjubkan!
Saat Bumi di zaman es ribuan tahun yang lalu, pulau Irian jauh lebih besar. Bagian selatannya masih menyambung dengan benua Australia.
Begitu juga di bagian pesisir utara pulau Papua, daratannya lebih luas dari yang sekarang. Daratannya masih jauh menghampar ke tengah laut beratus kilometer karena permukaan laut pada waktu itu masih lebih dangkal dibandingkan pada masa sekarang.
Permukaan laut yang masih dangkal atau masih rendah tersebut disebabkan karena wilayah hamparan es di kutub utara dan kutub selatan belum banyak mencair seperti sekarang.
Jayapura offshore walls dilihat dari dalam laut. (Courtesy: Google Earth)
Dilepas pantai bagian utara dari pulau besar ini diperkirakan terdapat struktur bangunan mirip “beteng” (awam: benteng) yang panjangnya 110 km dan tingginya setinggi gunung: 1860 meter, dengan lebar 2700 meter!
Jika dilihat, struktur ini lebih mirip “dinding” atau “tembok”. Dan hebatnya lagi tembok ini lurus memanjang secara sempurna sepanjang 110 kilometer!
Jika benar, jelas beteng seperti ini tidak mungkin dibuat oleh peradaban manusia kera ataupun manusia primitif, mengingat bangunan tertinggi di abad modern saat ini saja, tingginya baru sekitar 800 meter yaitu menara Dubai. Sedangkan bangunan ini sudah menjulang 1860 meter atau lebih dari 2 kali tingginya Dubai Tower!
Bangunan ini tidak mungkin dibangun oleh masyarakat yg hanya bersenjata sumpit, pedang, keris dan tombak, dan juga tak mungkin dibangun oleh masyarakat yg alat transportasinya sebatas keledai, kuda dan pedati.
Jayapura walls Indonesia, tinggi 1,86 km dan lebar 2,7 km (Courtesy: Google Earth)
Struktur itu berada dilaut lepas tak jauh dari kota terbesar dan juga ibukota Papua, Jayapura. Oleh karenanya untuk sementara ini struktur tersebut dinamai Jayapura Wall atau Tembok Jayapura.
Dengan menggunakan google map, koordinat beteng menakjubkan tersebut terlihat berada di samudera Pasifik, yaitu di bagian utara dari pulau Papua (Irian Jaya) pada 1°59’46.9”S dan 141°29’24.6239”E (lihat melalui satelit)
Bandingkan lebarnya Ibukota Irian, Jayapura (di kiri bawah) dengan panjangnya tembok raksasa ini.
Sekilas Tentang Papua
Papua adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada sekitar Tahun 200 M , ahli Geography bernama Ptolamy menyebutnya dengan nama LABADIOS. Pada akhir tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama TUNGKI, dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama JANGGI.
Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi PAPUA. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE dan ada pelaut lain yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya Pulau Emas. Robin Osborne dalam bukunya, Indonesias Secret War: The Guerilla Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki provinsi paling timur Indonesia ini sebagai surga yang hilang.
Tidak diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah terdapat kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju di Papua. Pada sebuah konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas tahun 1963 di Pretoria (Afrika Selatan), C.S. Downey mengemukakan tentang sebuah pemukiman terisolir di tengah hutan lebat Pegunungan Wilhelmina (Peg. Trikora) di Bagian Barat New Guinea (Papua) yang memiliki sistem penerangan maju.
Para pedagang yang dengan susah payah berhasil menembus masuk ke pemukiman ini menceritakan kengeriannya pada cahaya penerangan yang sangat terang benderang dari “beberapa bulan” yang ada di atas tiang-tiang di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak secara aneh bersinar setelah matahari mulai terbenam dan terus menyala sepanjang malam setiap hari. Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini tapi jika benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus diselidiki.
Raja Ampat, Papua, Indonesia (pict: Natgeo)
Papua telah dikenal akan kekayaan alamnya sejak dulu. Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua.
Dengan armadanya yang kuat Sriwijaya mengunjungi Maluku dan Papua untuk memperdagangkan rempah – rempah, wangi – wangian, mutiara dan bulu burung Cenderawasih. Pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Pada abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah Kepala Burung sampai Namatota ( Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta pulau – pulau disekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.
Majapahit Empire
Tanah Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas merupakan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang terdapat di Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah.
Papua juga disebut-sebut sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Papua merupakan surga keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi saat ini. Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim survei yang terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia mengadakan peninjauan di sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua Indonesia.
Di sana mereka menemukan suatu tempat ajaib yang mereka namakan “dunia yang hilang”,dan “Taman Firdaus di bumi”, dengan menyaksikan puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam sejarah. Jika dikelola dengan baik, orang Papua pun bisa lebih makmur dengan kekayan alam yang melimpah tersebut.
Beberapa Raja-Raja di Papua
Raja Said Arobi Uswanas dari Kerajaan Fatagar, Papua
Kerajaan Fatagar pada tahun 1880-an adalah salah satu kerajaan yang paling penting dari Onin atau daerah Fak Fak.
Pada saat itu orang papua berhak pergi untuk tinggal di pulau Seram, di mana mereka juga mempunyai keluarga disana.
Kemudian nenek moyang dari raja Fatagar kembali dan dinobatkan sebagai raja. Semua raja-raja yang berkuasa Fatagar dikenal sebagai raja yang cukup baik dan bijaksana.
Kini dia adalah politisi penting di kabupaten Fak Fak, yaitu Raja Said Arobi Uswanas dari kerajaan Fatagar.
Sebagian besar kerajaan di sini diperintah oleh dinasti keturunan dari dinasti Rumbati, atau dibuat secara lokal semi-kerajaan (kemudian independen) oleh Rumbati. Fatagar adalah salah satu akar kerajaan dan dinasti turunan dari dinasti Rumbati.
Raja Patipi, Achmad Iba
Kerajaan Rumbati. Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan dan membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi.
Raja pertama masih dalam pemerintahan di abad ke-20 bahkan sempat diperintah olehnya selama dua kali periode raja pada wakktu itu, ketika dinasti kedua memerintah. Raja yang memerintah kini adalah sebatas wilayah Raja Bupati, yaitu Raja Patipi ketika Raja Bupati, Ahmad Iba dianggap sebagai penguasa ke 16 kerajaan Patipi.
Ketika saudara kandungnya Raja Usman Iba meninggal, ia menjadi bupati karena anak raja mewariskannya sebagai penerus atau ahli waris (putra raja almarhum) disaat ia masih mempelajari yaitu Raja Muda Atarai Iba. Hal ini tidak diketahui, ketika ahli waris tahta akan dinobatkan sebagai raja baru. Bupati adalah pensiunan pegawai dari departemen perikanan kabupaten Fak Fak. (icc.wp.com)
Video Jayapura Wall – Mysterious Enigmatic Undersea Structures [HD 720p / Re-Upload]
VIDEO: SUKU DANI – IRIAN JAYA (INDONESIA) | PART-1 | PART-2 |
Unity in Diversity – Bhinneka Tunggal Ika – Berbeda Namun Satu
Artikel Terkait Lainnya:
*****
((( IndoCropCircles.wordpress.com )))

Gerakan Papua Merdeka: Setelah Libya, Target AS Selanjutnya Adalah: Papua?


Posted on Juni 11, 2012by 

Setelah Libya , Target AS Selanjutnya Adalah: Papua!!

Lemahnya Indonesia yang “kaya” akan kekayaan alamnya menjadi “mandul” tak bisa apa-apa, ini semua dimulai dan diawali pada zaman Orde Baru atau New Orderatau New world Order! Dimana semua kekayaan alam Indonesia dikuras habis akibat perjanjian-perjanjian yang “timpang” pada zaman Indonesia untuk pertama kalinya menganut sistim kapitalis pada masa itu.
Maka untuk kedepannya siapapun Presidennya, masih tetap terpatri oleh perjanjian-perjanjian masa lalu tersebut. Hingga detik inipun, masih banyak manusia-manusia Indonesia yang perlu “ditampar” karena masih “tidur” dan takkan pernah menyadari akan hal ini. (penulis)

Kasus di Libya hampir sama dengan kasus Timor Timur, dengan alasan HAM, Demokrasi dan PBB akhirnya Timor Timur Lepas dari Indonesia. Dibawah tekanan Australia, Amerika dan PBB atas nama HAM dan Demokrasi, akhirnya pemerintah BJ Habibie saat itu tidak sanggup lagi menghadapi tekanan politik yang bertubi-tubi dari para penjajah Kapitalis yang mengincar minyak di celah Timor.
Begitu juga dengan Libya dan sejumlah negara di dunia khususnya di Timur Tengah, dengan alasan HAM AS dan sekutunya menyerang pemerintahan Khadafi padahal ujung2nya ingin menguasai minyak di Libya.

Connie Rahakundini Bakrie
Menurut pengamat militer ibu Connie Rahakundini Bakrie, skenario AS menyerang Libya dan Timur Tengah sudah dirancang dari awal.
Karena semua negara tersebut terdapat sumber minyak bumi yang besar. Bahkan Ibu Connie menambahi kalau sasaran AS selanjutnya adalahPapua!!
Pernyataan ibu Connie pada siaran tvOne Sabtu 26/3 2011 bukannya tanpa dasar. Kabar Papua menjadi target AS berikutnya sudah beredar di kalangan intelejen.
Sebuah sumber di lingkungan Departemen Luar Negeri mengungkap adanya usaha intensif dari beberapa anggota kongres dari Partai Demokrat Amerika kepada Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk membantu proses ke arah kemerdekaan Papua secara bertahap.
Karena dengan tampilnya Presiden Barrack Obama di tahta kepresidenan Gedung Putih, praktis politik luar negeri Amerika amat diwarnai oleh haluan Partai Demokrat yang memang sangat mengedepankan soal hak-hak asasi manusia.
Karena itu tidak heran jika Obama dan beberapa politisi Demokrat yang punya agenda memerdekakan Papua lepas dari Indonesia, sepertinya memang akan diberi angin.
Beberapa fakta lapangan mendukung informasi ini, sumber kami di Departemen Luar Negeri tersebut.
Betapa tidak, dalam dua bulan terakhir ini, US House of Representatives, telah mengagendakan agar DPR Amerika tersebut mengeluarkan rancangan Foreign Relation Authorization Act (FRAA) yang secara spesifik memuat referensi khusus mengenai Papua.
Kalau RUU ini lolos, berarti ada beberapa elemen strategis di Washington yang memang berencana mendukung sebuah opsi untuk memerdekakan Papua secara bertahap.
Dan ini berarti, sarana dan perangkat yang akan dimainkan Amerika dalam menggolkan opsi ini adalah, melalui operasi intelijen yang bersifat tertutup dan memanfaatkan jaringan bawah tanah yang sudah dibina CIA maupun intelijen Departemen Luar Negeri Amerika.

Karena itu, Departemen Luar Negeri RI haruslah siap dari sekarang untuk mengantisipasi skenario baru Amerika dalam menciptakan aksi destabilisasi di Papua.
Berarti, Departemen Luar Negeri harus mulai menyadari bahwa Amerika tidak akan lagi sekadar menyerukan berbagai elemen di TNI maupun kepolisian untuk menghentikan adanya pelanggaran-pelanggaran HAM oleh aparat keamanan.
Campur tangan Amerika dengan skenarionya berusaha agar Papua lepas dari NKRI. Amerika tentu punya alasan agar Papua lepas dari Indonesia, Papua adalah mutiara hitam dari timur, sebuah tanah yang kaya raya, dengan kekayaan alam yang luar biasa banyaknya serta kandungan emas di bukit Freeport yang melimpah membuat para Kapitalis penajajah serakah ngiler dibuatnya.
Padahal kalau kita tahu pembagian royalty Freeport Indonesia hanya mendapat 1%, sedangkan asing mendapat 99%. sungguh lucu yah..
“Masa tukang cangkul hasilnya jauh lebih banyak dari yang punya tanah. Ini semua karena zaman Orde Baru, New Order, New world Order!

Papuan Warrior
Dimana pad saat itu semua kekayaan alam Indonesia mulai dikuras habis akibat perjanjian-perjanjian yang “timpang” pada zaman Indonesia menganut sistim kapitalis pada masa awal itu.”
Semua ini akibat perjanjian-perjanjian pertambangan pada masa lalu. Perjanjian pertambangan juga tak mungkin hanya berlaku untuk beberapa tahun mendatang, namun bisa berlaku selama puluhan tahun atau bahkan selama seabad kedepan!
Lalu, siapakah yang membuat semua perjanjian itu? Jelas Presiden Indonesia. Siapakah presiden Indonesia pada masa lalu tersebut?? Andalah yang tahu, karena anda juga mempelajari sejarah presiden-presiden bangsa ini bukan???
Alasan utama yang menjadi isu pemisahan Papua dari NKRI adalah kemiskinan, pemerintah Indonesia yang tidak mampu mengentaskan kemiskinan di Papua menyebabkan isu-isu sparatis berkembang.
Kemiskinan Papua adalah salah satu akibat dari sistem Kapitalisme yang diterpakan di Indonesia, emas Papua yang seharusnya mampu memakmurkan rakyat Papua justru dirampok oleh Freeport dan perusahaan asing milik Kapitalis Penjajah.
Anehnya, padahal penduduk Papua hanya sekitar 2 juta jiwa saja dan dana APBD pertahunnya bernilai trilyunan rupiah!! Melebihi kebanyakan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Lalu, kemana uang segitu banyaknya pergi? Banyak yang menduga banya pejabat-pejabat di wilayah Papua sendiri yang “mengambilnya”.
Ini terbukti dari minimnya sarana dan prasarana yang nyata untuk rakyat Papua disana, seperti puskesmas, stok sembako, dan sejenisnya yang tetap langka. juga minimnya jembatan penghubung, pengaspalan jalan dan masih banyak lainnya.

Isu-isu HAM dan Demokrasilah yang sedang dikembangkan oleh Amerika Serikat agar Papua bisa lepas dari NKRI, dengan isu ini diharpakan akan terjadi referendum bagi tanah Papua. Yang selanjutnya mengantarkan Papua ke arah pemisahan diri dari NKRI.
Karena itu Saya himbau kepada warga indonesia, lupakanlah masalah perbedaan suku, agama, ras.. mari kita bersatu. Waspadai bersama gerakan ormas yang menjurus pada anarkis. waspadai ormas yang berdalih ingin memperjuangkan Papua.
Berhati-hatilah karena intelejen asing sudah ada di sekitar kita. Mari kita sama-sama jaga kedaulatan RI supaya tidak sampai terpecah belah. Ini bukan negeri dongeng dan berita ini bukan sekedar omong kosong.
Waspadalah dengan gerakan-gerakan dari luar sana yang menginginkan Papua lepas dari NKRI dan mencanangkan gerakan New World Order diseluruh penjuru bumi. (beritahebohterkini.blogspot/icc.wp.com)

Harga Konflik Papua, Seharga Kursi Presiden!

http://www.islamtimes.org/vdceoz8zxjh8zfi.rabj.html
Harga Konflik Papua, Seharga Kursi Presiden!
Anda bisa bilang ini bicara kosong orang yang berpikir konspiratif. “West Papua? The Road to Freedom” di East School of the Examination Schools, 75-81 High Street, Oxford, Inggris dan Kongres Papua Merdeka beberapa bulan lalu adalah adalah pesan ‘manis’ asing buat Indonesia. Mereka akan segera datang ke Jakarta dengan sebuah “minuman kaleng” baru. Jakarta mengutak-atik persoalan di Papua, berarti Jakarta mesti siap merelakan Papua menjadi Timor Leste. Satu persoalan yang pernah  diwanti-wantikan oleh AC Manulung –Tabloid Intelijen edisi dwi mingguan 21 mei 2008– ; ”Gerakan separatis Papua muncul sebagai gerakan konspirasi asing dan ini sesuai dengan grand strategy global AS” .
Diakui atau tidak, Papua adalah daerah yang sejak lama menjadi ladang perebutan antara tiga keuasaan, Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Ini semua karena keberadaan sumber dan gas alam yang meruah dan tak kunjung habis. Kemudian gejolak dan putaran politik di Tanah Cendrawasih bergerak terlalu jauh dari sekedar permasalahan isi perut Papua. Isu pelanggaran HAM, korupsi yang merajalela membuat pejabat di Jakarta ’sengaja’ lupa jika harga Papua sebegitu mahal dan berharga bagi kekuatan asing disana.
Alasan dicari-cari, dalil pembenaran dibikin, dan ini yang nampak ke permukaan adalah; pemerintah gagal dalam mensejahterakan rakyat disana. Lobang kesenjangan yang sangat besar antara masyarakat Papua dan segelintir terpuaskan elite lokal menimbulkan pemberontakan dan separatisme.
Dan ini yang sengaja dilupakan, mengapa dan kenapa setiap Republik ini mau renegosiasi soal besaran royalty gergasi tambang-tambang raksaasa Milik Asing, selalu saja muncul gerakan-gerakan yang memprovokasi ketidakstabilan politik di wilayah sana. Kira-kira siapa yang pegang remote control hingga chanel TV berganti sesuai selera segelintir penguasa? Dan pion siapa sebetulnya OPM itu? Nyatanya OPM tidak pernah kelaparan, pemimpin mereka bisa mondar-mandir keluar negeri dengan bebas dan disambut bak pahlawan, ke London, ke Amsterdam, ke New York ke Swiss. Pengawalan yang super ketat dan selalu mampu memborong senjata super canggih yang tidak ada dipasaran sepulangnya dari plesiran.
Ketidakberesan pemerintah dalam mengelola anggaran bisa jadi itu benar sebagai pemicu konflik berdarah disana. Tetapi yang pasti soal itu bukan alasan utama, karena secara terang benderang kegiatan provokasi selalu datang tatkala isu renegosiasi muncul ke permukaan.
Tentu saja jawaban fasih semua ini ada di kantong-kantong celana dan jas necis segelintir elit negeri ini. Dan mereka sadar, dengan membiarkan liar, mengelola dan mengembangbiakkan konflik berdarah disana adalah seharga kursi presiden!
Dan begitulah realitasnya, satu dua Kedutaan Besar Asing di Indonesia, nampaknya selalu beruntung mendapati pejabat-pejabat negara Republik Indonesia yang selalu “ramah tamah” dan selalu sumringah meski kepada penjajah! [Islam Times/ON/K-014]
YUK NEMBANG LAGI YUK!
Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono
President of the Republic of Indonesia
Istana Merdeka
Jakarta 10110
Indonesia
Your Excellency:
As Members of the House of Representatives of the United States Congress, we write asking your government to release Filep Samuel Karma, a Papuan political activist and former civil servant, who has been unlawfully and arbitrarily detained since 2004.
Mr. Karma is a prominent non-violent Papuan political activist. He is currently serving a 15- year prison sentence following his raising of the Papuan Morning Star flag at a 2004 political rally celebrating the 1961 Papuan declaration of independence from Dutch rule. U.S. policy towards Indonesia supports the advancement of universal human rights and the fair and nondiscriminatory treatment of all people, which includes the peoples of Papua andWest Papua. As a strategic partner, we remain concerned that your government meet its fundamental obligations to  protect the rights of its people, as respect for human rights strengthens democracy.
Mr. Karma’s trial violated international standards of due process of law. For example, the judge made several plain statements indicating a bias against Mr. Karma. Additionally, Mr. Karma’s appeal was rejected on unfounded procedural grounds. And during his incarceration, he has suffered degrading and inhumane treatment, including the denial of necessary medical treatment. Recently, Mr. Karma has been placed in an isolation cell that is causing respiratory problems and has been denied adequate food and water. Additionally, Indonesian authorities have repeatedly threatened to move Mr. Karma to Nusa Kambangan Prison, which reputedly has the worst prison conditions in Papua.
Mr. Karma’s case represents an unfortunate echo of Indonesia’s pre-democratic era, when Indonesia regularly  imprisoned political activists on unlawful grounds. Indeed, Mr. Karma’s case was cited in the United States State Department 2009 Human Rights Report as an example of Indonesia’s detention of political prisoners. Accordingly, Mr. Karma’s release would be a welcome indication of the Government of Indonesia’s otherwise robust commitment to  democracy and human rights.
We urge your government uphold its commitments to international law and to its own domestic law and immediately and  unconditionally release Mr. Karma.
Sincerely,
Joseph R. Pitts
James P. Moran
Frank R. Wolf
James McGovern
Jim McDermott
Christopher Smith
Heath Shuler
Steve Cohen
Chellie Pingree
Henry A. Waxman
Tammy Baldwin
Edolphus Towns
Carolyn B. Maloney
Lloyd Doggett
Michael M. Honda
Bob Filner
Janice D. Schakowsky
Thaddeus McCotter
Barney Frank
Steven R. Rothman
Jesse L. Jackson, Jr.
Sam Farr
Dana Rohrabacher
Edward J. Markey
Maurice D. Hinchey
Eni F.H. Faleomavaeg

Share this:

Tewasnya 8 TNI di Papua dan Skenario Balkanisasi Nusantara

Politik

23-02-2013

Penulis : Hendrajit – Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Kejadian tewasnya 8 anggota TNI meski ini menyakitkan bagi TNI dan seluruh anak bangsa, namun kita harus berkepala dingin menangani ini. Ini hanya babakan awal dari yang pernah saya tulis di buku Tangan Tangan Amerika (Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia) terbitan 2010, bahwa dalam skema yang dirancang Pentagon melalui rekomendasi studi Rand Corporation, Indonesia harus dibagi 7 wilayah, yang mana salah satu prioritasMaka, kejadian tewasnya 8 anggota TNI, jangan dibaca semata sebagai konsekwesnsi Perang antara TNI dan OPM, tapi lebih dari itu, untuk membenturkan antara TNI dan warga sipil Papua, yang nantinya seakan semua warga sipil Papua adalah OPM.Skema dan kebijakan strategis pemerintahan Obama pasca Bush ini harus dicermati secara seksama.Dengan jargon demokrasi dan penegakan HAM sebagai isu sentral, maka masalah masa depan Aceh dan Papua bisa menjadi duri dalam daging bagi hubungan Indonesia-Amerika ke depan. jangka pendek adalah memerdekakan Papua. Ini adalah bagian dari BALKANISASI NUSANTARA.
Apalagi sebuah badan riset dan pengembangan strategis di Amerika bernama Rand Corporation, yang dikenal sering melayani secara akademis kepentingan Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) dan atas dukungan dana dari Pentagon, internasionalisasi Aceh ternyata masih merupakan isu sentral dan agenda mereka hingga sekarang.
Bahkan dalam scenario building yang mereka gambarkan, wilayah Indonesia harus dipecah menjadi delapan bagian.Sekadar informasi, rekomendasi Rand Corporation ihwal memecah Indonesia jadi 8 bagian tersebut dikeluarkan pada tahun 1998. Artinya, pada masa ketika Presiden Clinton masih menjabat sebagai presiden. Berarti rekomendasi Rand Corporation atas sepengetahuan dan sepersetujuan Presiden Clinton dan Pentagon.Dengan demikian, menjadi cukup beralasan bahwa rekomendasi Rand Corporation tersebut akan dijadikan opsi oleh Obama. Karena rekomendasi Rand Corporation dikeluarkan ketika suami Hillary masih berkuasa.Apa yang diinginkan oleh Pentagon dari skenario Rand Corporation Clinton..? itu Artinya, skenario ”Balkanisasi Nusantara” menjadi opsi yang logis untuk diterapkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika di era Obama dan Hillary Clinton. Dalam skenario Balkanisasi ini, akan ada beberapa negara yang terpisah dari NKRI. Yang sudah terpisah Yaitu Timor Timur yang terjadi pada 1999 masa pemerinthana Habibie. Lalu Aceh, sepertinya sedang dalam proses dan berpotensi untuk pecah melalui “sandiwara” MoU Helsinki dan kemungkinan ( telah ) menangnya Partai Lokal di Aceh pada Pemilu 2009 tahun ini. Kemudian Ambon, Irian Jaya, Kalimantan Timur, Riau, Bali. Dan sisanya tetap Indonesia.
Anggap saja skenario ini memang sudah ditetapkan oleh pemerintahan Obama, maka besar kemungkinan skenario ini akan dijalankan Amerika tidak dengan menggunakan aksi militer.
Dalam skema ini, Diplomasi Publik Menlu Clinton akan menjadi elemen yang paling efektif untuk menjalankan skenario Balkanisasi Nusantara tersebut.
Dengan kata lain, mengakomodasi dan menginternasionalisasi masalah Aceh atau Irian Jaya, akan dipandang oleh Amerika sebagai bagian dari gerakan demokrasi dan penegakan HAM.
Dalam kaitan ini pula, Uni Eropa memang sejauh ini memang sudah menjadi pemain sentral di Aceh pasca MoU Helsinki. Misalnya saja Pieter Feith, Juha Christensen sementara dari persekutuan Inggris, Australia dan Amerika, mengandalkan pemain sentralnya pada Dr Damien Kingsbury dan Anthoni Zinni.
Mereka semua ini dirancang sebagai agen-agen lapangan yang tujuannya adalah memainkan peran sebagai mediator ketika skenario jalan buntu terjadi antara pihak pemerintah Indonesia dan gerakan separatis. Ketika itulah mereka-mereka ini menjadi aktor-aktor utama dari skenario internasionalisasi Aceh, Irian Jaya, dan daerah-daerah lainnya yang berpotensi untuk memisahkan diri dari NKRI.
Motivasi para penentu kebijakan luar negeri Amerika memang bisa dimengerti. Karena dengan lepasnya daerah-daerah tersebut, Amerika bisa mengakses langsung kepada para elite daerah tanpa harus berurusan dengan pemerintahan di Jakarta seperti sekarang ini.
Dorongan untuk memperoleh daerah pengaruh nampaknya memang bukan monopoli kepresidenan Bush. Obama pun pada hakekatnya bertujuan sama meski dengan metode yang berbeda.
Baik Bush maupun Obama agaknya menyadari bahwa konstalasi negara-negara di kawasan Amerika Latin yang notabene merupakan daerah halaman belakang mereka, ternyata semakin sulit untuk dikontrol. Dan bahkan berpotensi menjadi negara musuh Amerika.
Perkembangan terkini adalah menangnya calon presiden El Salvador yang berhaluan sosialis Mauricio Funes. Ekuador yang sekarang dipimpin oleh Presiden Rafael Correa seorang sosialis yang mengagendakan perlunya revolusi dalam ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Brazil sejak masa kepresidenan Luis Inacio Lula memprioritaskan pengamanan energi, Evo Morales dari Bolivia yang menekankan programnya pada nasionalisasi industri gas, pertambangan dan kehutanan. Serta pengembalian tanah rakyat kepada petani miskin, perlindungan warga Indian, dan sebagainya.
Beberapa presiden Amerika Latin yang berhaluan kiri-tengah adalah Presiden Chilie Michele Bachelet dan Presiden Peru Alan Garcia. Dan di atas itu semua, Hugo Chavez dari Venezuela yang belakangan perseteruannya dengam Amerika semakin menajam justru ketika Amerika dipimpin Obama yang lebih moderat dari Bush.
Perkembangan beruntun di Amerika Latin tersebut tentu saja mencemaskan Amerika, meski sebagai negara kecil tidak perlu dikhawatirkan secara kemiliteran. Namun ketika negara-negara tersebut tidak lagi kooperatif baik secara politik maupun ekonomi, jelas hal ini sangatlah mengganggu.
Apalagi ketika hal itu kemudian memicu kedekatan negara-negara latin tersebut kepada Cina, Rusia, Korea Utara, Iran dan lain sebagainya.
Skenario Kosovo untuk Papua Merdeka.
Ini bukan rumor ini bukan gosip. Sebuah sumber di lingkungan Departemen Luar Negeri mengungkap adanya usaha intensif dari beberapa anggota kongres dari Partai Demokrat Amerika kepada Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk membantu proses ke arah kemerdekaan Papua secara bertahap.
Menarik juga informasi ini jika benar. Karena dengan tampilnya Presiden Barrack Obama di tahta kepresidenan Gedung Putih, praktis politik luar negeri Amerika amat diwarnai oleh haluan Partai Demokrat yang memang sangat mengedepankan soal hak-hak asasi manusia. Karena itu tidak heran jika Obama dan beberapa politisi Demokrat yang punya agenda memerdekakan Papua lepas dari Indonesia, sepertinya memang akan diberi angin.
Beberapa fakta lapangan mendukung informasi sumber kami di Departemen Luar Negeri tersebut. Betapa tidak. Dalam dua bulan terakhir ini, US House of Representatives, telah mengagendakan agar DPR Amerika tersebut mengeluarkan rancangan FOREIGN RELATION AUTHORIZATION ACT (FRAA) yahg secara spesifik memuat referensi khusus mengenai Papua.
Undang-Undang Foreign Relation Authorization Act (FRAA) Pintu Masuk Menuju Papua Merdeka.
Kalau RUU FRAA ini lolos di kongres Amerika, maka Amerika akan menindaklanjuti UU FRAA ini melalui serangkaian operasi politik dan diplomasi yang target akhirnya adalah meyakinkan pihak Indonesia untuk melepaskan, atau setidaknya mengkondisikan adanya otonomi khusus bagi Papua, untuk selanjutnya memberi kesempatan kepada warga Papua untuk menentukan nasibnya sendiri.
Skenario semacam ini jelasnya sangat berbahaya dari segi keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan sialnya kita juga lemah di fron diplomasi maupun fron intelijen. Padahal, skema di balik dukungan Obama dan Demokrat melalui UU FRAA, justru diplomasi dan intelijen menjadi strategi dan sarana yang dimainkan Washington untuk menggolkan kemerdekaan Papua.
Karena itu, kita harus mewaspadai beberapa kasus kerusuhan yang meletus di Papua, bahkan ketika pemilihan presiden 8 Juli 2009 lalu sedang berlangsung.
Mari kita kilas balik barang sejenak. 13 Mei 2009, terjadi provokasi paling dramatis, ketika beberapa elemen OPM menguasai lapangan terbang perintis Kapeso, Memberamo, yang dipimpin oleh disertir tentara, Decky Embiri. Meski demikian, berkat kesigapan aparat TNI, pada 20 Juni 2009 berhasil dipukul mundur.
Namun provokasi OPM nampaknya tidak sampai di situ saja. 24 Juni 2009, OPM menyerang konvoi kendaraan polisi menuju Pos Polisi Tingginambut. Konvoi diserang di kampung Kanoba, Puncak Senyum, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya. Anehnya, kejadian ini hanya 50 meter dari pos milik TNI.
Dalam kejadian di Tingginambut ini, seorang anggota Brimob Polda Papua tewas tertembak. Singkat cerita, inilah sekelumit kisah bagaimana sepanjang tahun 2009 ini OPM telah melakukan penyerangan di kawasan Tingginambut hingga tujuh kali serangan.
Jika kita cermati melalui manuver politik politisi Demokrat menggolkan RUU FRAA di Washington dengan kejadian kerusuhan berantai di Papua, bisa dipastikan kedua kejadian tersebut berkaitan satu sama lain.
Dalam teori operasi intelijen, serentetan kerusuhan yang dipicu oleh OPM dengan memprovokasi TNI dan Polri, maka tujuannya tiada lain untuk menciptakan suasana chaos dan meningkatnya polarisasi terbuka antara TNI-Polri dan OPM yang dicitrakan sebagai pejuang kemerdekaan.
Skenario semacam ini sebenarnya bukan jurus baru bagi Amerika mengingat hal ini sudah dilakukan mantan Presiden Bill Clinton ketika mendukung gerakan Kosovo merdeka lepas dari Serbia, dan bahkan juga mendukung terbentuknya Kosovo Liberation Army (KLA).
Seperti halnya ketika Clinton mendukung KLA, Obama sekarang nampaknya hendak mencitrakan OPM sebagai entitas politik yang masih eksis di Papua dengan adanya serangkaian kerusuhan yang dipicu oleh OPM sepanjang 2009 ini.
Lucunya, beberapa elemen LSM asing di Papua, akan menyorot setiap serangan balasan TNI dan Polri terhadap ulah OPM memicu kerusuhan, sebagai tindakan melanggar HAM.
Tapi sebenarnya ini skenario kuno yang mana aparat intelijen kita seperti BIN maupun BAIS seharusnya sudah tahu hal akan dimainkan Amerika ketika Obama yang kebetulan sama-sama dari partai Demokrat, tampil terpilih sebagai Presiden Amerika.
Isu-isu HAM, memang menjadi ”jualan politik” Amerika mendukung kemerdekaan Papua. Karena melalui sarana itu pula Washington akan memiliki dalih untuk mengintervensi penyelesaian internal konflik di Papua.
Di sinilah sisi rawan UU FRAA jika nantinya lolos di kongres. Sebab dalam salah satu klausulnya, mengharuskan Departemen Luar Negeri Amerika melaporkan kepada kongres Amerika terkait pelanggaran-pelanggaran HAM di Papua.
Bisa jadi inilah salah satu kesepakatan diam-diam antara Obama dan LSM-LSM pro OPM ketika pri alumni Fakultas Hukum Universitas Harvard ini masih menjadi calon presiden. Jika memang benar, Obama berada dalam tekanan kuat untuk mendukung agenda ini lolos di kongres.
Pelanggaran HAM memang harus diakui menjadi isu sentral yang diangkat beberapa LSM pro OPM. Misalnya saja West Papua People’s Representative and OPM. Kelompok ini selain mengembangkan website wpik.org, menurut berbagai sumber juga mendapat dana dari sejumlah perusahaan asing.
Meski OPM belum sekuat GAM Aceh dalam menancapkan pengaruh-pengaruhnya di kalangan elit dan kelompok-kelompok basis di Papua, namun lobi-lobi OPM dengan dukungan beberapa LSM asing memang tidak sekali-kali untuk diremehkan.
20 Juli 2005 lalu misalnya, berhasil meloloskan sebuah draft RUU yang salah satu klausulnya, mempertanyakan kembali keabsahan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) dalam mendukung kemerdekaan Papua. Sekaligus juga mengkritik pelaksanaan otonomi khusus di Papua.
RUU yang kelak dikenal dengan HR (House of Representatives) 2601 itu, akhirnya sempat beredar dua versi informasi. Yang pertama mengatakan telah dicabut karena mengagendakan Papua sekarang ini sudah tidak relevan lagi sehingga tidak akan menjadi hukum. Adapun versi kedua justru masih beranggapan RUU yang membahas penelitian ulang atas proses masuknya Papua ke Indonesia sampai sekarang belum dibatalkan.
Sebaiknya kita di Indonesia lebih mempercayai versi kedua ini. Mengingat versi ini justru disampaikan oleh Ketua Sub-komisi Asia-Pasifik dalam komisi Hubungan Luar Negeri Kongres Amerika.
Dan yang harus lebih diwaspadai lagi, HR2601 tersebut lingkupnya juga bisa mencakup semua kasus dan isu serupa yang terjadi di dunia. Meskipun bisa-bisa saja yang menyatakan secara eksplisit kasus Papua Barat sudah dihapuskan. Namun secara substansial, kasus Papua tetap saja dalam pantauan dan penelitian para anggota kongres Partai Demokrat.
Beberapa Sosok Asing di balik Gerakan Pro Papua Merdeka
Salah satu sosok yang harus dicermati adalah Eni Faleomavaega, Ketua Black Caucuses Amerika yang mengkampanyekan Irian Jaya sebagai koloni VOC bukan koloni Belanda di Kongres Amerika. Kabarnya, perwakilan Partai Demokrat dari American Samoa ini memimpin sekitar 38 anggota Black Caucuses yang mengklaim bahwa cepat atau lambat Papua akan merdeka.
Pengaruh tokoh satu ini ternyata tidak bisa dianggap enteng. Pada 2002, tak kurang dari Departemen Luar Negeri AS terpaksa mengeluarkan menerbitkan Buku Putih Deplu tentang Papua pada 2002. Disebutkan bahwa Irian Jaya masuk Indonesia pada 1826. Sementara Pepera merupakan pengesahan atau legalitas masuknya Irian Jaya ke NKRI pada 1969.
Bayangkan saja, Departemen Luar Negeri AS sampai harus meladeni seorang anggota parlemen seperti Eni Faleomavaega. Dan ternyata manuver Eni tidak sebatas di Amerika saja. Melalui LSM yang dia bentuk, Robert Kennedy Memorial Human Right Center, Eni dan 9 orang temannya dari Partai Demokrat, melakukan tekanan terhadap Perdana Menteri John Howard, agar memberi perlindungan terhadap 43 warga Papua yang mencari suaka di di Australia. Alasannya, mereka ini telah menjadi korban pelanggaran HAM TNI.
Di Australia, Bob Brown, politisi Partai Hijau Australia, juga santer mendukung gerakan pro Papua Merdeka, dengan mendesak pemerintahan Howard ketika itu untuk mendukung proses kemerdekaan Papua. Tentu saja usul gila-gilaan itu ditampik Howard, namun sebagai kompensasi, pemerintah Australia memberikan visa sementara kepada 42 pencari suaka asal Papua.
Tentu saja hubungan diplomatik Australia-RI jadi memanas, apalagi berkembang isu ketika itu bahwa ke-43 warga Papua cari suaka ke Australia itu sebenarnya merupakan “agen-agen binaan” Australia yang memang akan ditarik mundur kembali ke Australia. Artinya, permintaan suaka itu hanya alasan saja agar mereka tidak lagi bertugas menjalankan operasi intelijen di Papua. Mungkin kedoknya sebagai jaringan intelijen asing di Papua, sudah terbongkar kedoknya oleh pihak intelijen Indonesia.
Dan isyarat ini secara gamblang dinyatakan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Widodo AS. Menurut Widodo, pemberian visa sementara kepada warga Papua oleh Australia, telah membenarkan adanya spekulasi adanya elemen-elemen di Australia yang membantu usaha kemerdekaan Papua.
Menurut penulis, dan kami-kami di Global Future Institute, pernyataan Widodo sebenarnya sebuah sindiran atau serangan halus terhadap gerakan asing pro Papua merdeka. Bahwa yang sebenarnya bukan sekadar adanya elemen-elemen di Australia yang membantu kemerdekaan Papua, tapi memang ada suatu operasi intelijen dengan target utama adanya Papua Merdeka terpisah dari NKRI.
Selain Amerika dan Australia, manuver Papua Merdeka di Inggris kiranya juga harus dicermati secara intensif. 15 Oktober 2008, telah diluncurkan apa yang dinamakan International Parliaments for West Papua (IPWP) di House of Commons, atau DPR-nya Kerajaan Inggris.
Misi IPWP tiada lain kecuali mengangkat masalah Papua di fora internasional. Meski tidak mewakili negara ataupun parlemen suatu negara, namun sepak-terjang IPWP tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab IPWP bisa menjadi kekuatan penekan agar digelar referendum di Papua, penarikan pasukan TNI dari Papua, penempatan pasukan perdamaian di Papua di bawah pengawasan PBB.
Jelaslah sudah ini sebuah agenda berdasarkan skema Kosovo merdeka. Apalagi ketika IPWP juga mendesak Sekjen PBB meninjau kembali peranan PBB dalam pelaksanaan penentuan pendapat rakyat (pepera) 1969, sekaligus mengirim peninjau khusus PBB untuk memantau situasi HAM di Papua.
Agar kita sebagai elemen bangsa yang tidak ingin kehilangan provinsi yang kedua kali setelah Timor Timur, ada baiknya kita mencermati skenario Kosovo merdeka.
Kosovo terpisah dari negara bagian Serbia pada 17 Februari 2008. Dengan didahului adanya tuduhan pelanggaran HAM di provinsi Kosovo. Papua Barat dianggap mempunyai kesamaan latarbelakang dengan Kosovo. Yaitu, Indonesia dan Serbia dipandang punya track record buruk pelanggaran HAM terhadap rakyatnya. Sehingga mereka mengembangkan isu bahwa Kosovo perlu mendapat dukungan internasional. Inilah yang kemudian PBB mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan PBB 244 .
Seperti halnya juga dengan Kosovo yang memiliki nilai strategis dalam geopolitik di mata Amerika dan Inggris, untuk menghadapi pesaing globalnya, Rusia. Begitu pula di Papua, ketika perusahaan tambang Amerika Freeport dan perusahaan LNG Inggris, merupakan dua aset ekonomi mereka untuk mengeruk habis kekayaan alam di bumi Papua. Sekaligus untuk strategi pembendungan AS terhadap pengaruh Cina di Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara.
Balkanisasi Nusantara
1.Indonesia ada rencana hendak dibelah dengan memakai model Polinesia (negara pulau) di Lautan Pasifik. Sehingga mulai beredar pengguliran Isu Negara Timor Raya di Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai santer terdengar.
2. Indonesia akan dibelah jadi tiga negara dengan berdasar pada klasifikasi provinsi ekonomi kuat dengan rincian sebagai berikut:
A. Aceh, Riau dan United Borneao(Kalimantan).
B. Pusat wisata dan seni dunia semacam Bali, Flores, Maluku dan Manado,
C. Jawa, Sunda dan Daerah Khusus Jakarta.
MODUS OPERANDI
Dengan melihat perkembangan terkini berdasarkan prakarsa dua anggota Kongres AS untuk menggolkan seruan resolusi agar Baluchistan diberi hak sejarah menentukan nasib sendiri dan negara sendiri, lepas dari Pakistan, maka Global Future Institute merasa perlu mengingatkan kemungkinan langkah langkah dua tahap yang akan ditempuh Amerika Serikat dan Sekutu-sekutu Eropanya:
1. Melakukan Internasionalisasi Isu Provinsi yang bermaksud ingin merdeka dan lepas dari negara induknya. Keberhasilan prakarsa dua anggota Kongres AS menggolkan resolusi Baluchistan, bisa jadi preseden bagi langkah serupa terhadap Papua.
2. Seiring dengan keberhasilan gerakan meng-internasionalisasi provinsi yang diproyeksikan akan jadi merdeka, maka REFERENDUM kemudian dijadikan pola dan modus operandi memerdekakan sebuah provinsi dan lepas dari negara induk.
Demikian, semoga menjadi perhatian dan kewaspadaan semua elemen bangsa, dan pemegang otoritas pemerintahan.

Amerika-Inggris-Australia-Belanda, Mata-Rantai Gerakan Internasionalisasi Untuk Papua Merdeka

Analisis

16-08-2013
Amerika-Inggris-Australia-Belanda, Mata-Rantai Gerakan Internasionalisasi Untuk Papua Merdeka
Penulis : Hendrajit, Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI)

Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sekarang secara gencar mengembangkan manuver internasionalnya lewat Free West Papua Campaign, kiranya perlu dicermati secara intensif dan penuh kewaspadaan. Betapa tidak. Pada 28 April 2013 lalu, kantor perwakilan OPM di Oxford, Inggris secara resmi dibuka. Tak pelak lagi, hal ini mengindikasikan semakin kuatnya tren ke arah internasionalisasi isu Papua tidak saja di Amerika Serikat, melainkan juga di Inggris, Australia dan Belanda.

Bayangkan, pembukaan kantor perwakilan OPM di Inggris dihadiri oleh Walikota Oxford Mohammaed Niaz Abbasi, anggota Parlemen Inggris,Andrew Smith, dan mantan Walikota Oxford, Elise Benjamin. Bagaimanapun juga hal ini secara terang-benderang menggambarkan adanya dukungan nyata dari berbagai elemen strategis Inggris baik di pemerintahan, parlemen dan tentu saja Lembaga Swadaya Masyarakat. Mari kita simak pernyataan anggota parlemen Andrew Smith, dalam acara pembukaan kantor perwakilan OPM di Inggris tersebut. “Kami akan bekerja sama dengan orang-orang di kantor baru kami di Port Moresby, PNG pada strategi menuju tujuan penentuan nasib sendiri bagi Papua Barat.”
Pernyataan Andrew Smith harus dibaca sebagai isyarat bahwa gerakan internasionalisasi Papua sedang gencar dilakukan baik di lini pemerintahan maupun  parlemen di Amerika, Inggris, Australia dan Belanda. Penekanan Andrew Smith terkait upaya melibatkan PNG, harus dibaca sebagai bagian integral dari aliansi strategis Amerika Serikat-Inggris-Australia untuk meng-internasionalisasi isu Papua, sebagai langkah awal menuju kemerdekaan Papua, lepas dari Indonesia.
Kekhawatiran tersebut kiranya cukup beralasan, karena dua bulan setelah peresmian kantor perwakilan OPM di Oxford, Inggris, kelompok Jhon Otto Ondawame dan Andy Ayamiseba melalui organisasi West Papua National National Coalition for Liberation (WPNCL) diundang ke KTT ke-19 forum negara-negara rumpun Melanesia (Melanesian Spearhead Group/ MSG) di Noumea, New Caledonia. Tindak lanjut dari KTT MSG itu, mereka akan mengirimkan delegasi para Menlu ke Jakarta dan Papua untuk memantau perkembangan kondisi HAM.
Gerakan Internasionalisasi Papua Bermula dari Washington
Ini bukan rumor ini bukan gosip. Sebuah sumber di Kementerian Luar Negeri RI mengungkap adanya usaha intensif dari beberapa anggota kongres dari Partai Demokrat Amerika kepada Organisasi Papua Merdeka (OPM) untuk membantu proses ke arah kemerdekaan Papua secara bertahap. Gerakan ini sudah bermula sejak awal 2000-an.
Informasi ini kiranya masuk akal juga. Dengan tampilnya Presiden Barrack Obama di tahta kepresidenan Gedung Putih sejak 2008 lalu,  praktis politik luar negeri Amerika amat diwarnai oleh haluan Partai Demokrat yang memang sangat mengedepankan soal hak-hak asasi manusia. Karena itu tidak heran jika Obama dan beberapa politisi Demokrat yang punya agenda memerdekakan Papua lepas dari Indonesia, sepertinya memang akan diberi angin. Maka kejadian pembukaan kantor perwakilan OPM di Inggris April lalu, sudah seharusnya dipandang sebagai bukti nyata bahwa gerakan internasionalisasi Papua yang dirintis oleh beberapa anggota Kongres dari Partai Demokrat di Washington, memang tidak bisa dianggap enteng.
Beberapa fakta lapangan lain juga cukup mendukung. Sejak pertengahan 2000-an, US House of Representatives, telah mengagendakan agar DPR Amerika tersebut mengeluarkan rancangan FOREIGN RELATION AUTHORIZATION ACT (FRAA) yahg secara spesifik memuat referensi khusus mengenai Papua.
Kalau RUU ini lolos, berarti ada beberapa elemen strategis di Washington yang memang berencana mendukung sebuah opsi untuk memerdekakan Papua secara bertahap. Dan ini berarti, sarana dan perangkat yang akan dimainkan Amerika dalam menggolkan opsi ini adalah, melalui operasi intelijen yang bersifat tertutup dan memanfaatkan jaringan bawah tanah yang sudah dibina CIA maupun intelijen Departemen Luar Negeri Amerika. Bukan melalui sarana invasi militer seperti yang dilakukan George W. Bush di Irak dan Afghanistan.
Maka Kementerian Luar Negeri RI haruslah siap dari sekarang untuk mengantisipasi skenario baru Amerika dalam menciptakan aksi destabilisasi di Papua. Berarti, KementerianLuar Negeri harus mulai menyadari bahwa Amerika tidak akan lagi sekadar menyerukan berbagai elemen di TNI maupun kepolisian untuk menghentikan adanya pelanggaran- pelanggaran HAM oleh aparat keamanan.
Dengan kata lain, Undang-Undang Foreign Relation Authorization Act (FRAA) akan dijadikan Pintu Masuk Menuju Papua Merdeka. Melalui FRAA ini, Amerika akan menindaklanjuti UU FRAA ini melalui serangkaian operasi politik dan diplomasi yang target akhirnya adalah meyakinkan pihak Indonesia untuk melepaskan, atau setidaknya mengkondisikan adanya otonomi khusus bagi Papua, untuk selanjutnya memberi kesempatan kepada warga Papua untuk menentukan nasibnya sendiri.
Skenario semacam ini jelasnya sangat berbahaya dari segi keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dan sialnya kita juga lemah di fron diplomasi maupun fron intelijen. Padahal, skema di balik dukungan Obama dan Demokrat melalui UU FRAA, justru diplomasi dan intelijen menjadi strategi dan sarana yang dimainkan Washington untuk menggolkan kemerdekaan Papua.
Waspadai Modus Kosovo Untuk Papua Merdeka
Dalam teori operasi intelijen, serentetan kerusuhan yang dipicu oleh OPM dengan memprovokasi TNI dan Polri, maka tujuannya tiada lain untuk menciptakan suasana chaos dan meningkatnya polarisasi terbuka antara TNI-Polri dan OPM yang dicitrakan sebagai pejuang kemerdekaan.
Skenario semacam ini sebenarnya bukan jurus baru bagi Amerika mengingat hal ini sudah dilakukan mantan Presiden Bill Clinton ketika mendukung gerakan Kosovo merdeka lepas dari Serbia, dan bahkan juga mendukung terbentuknya Kosovo Liberation Army (KLA).
Seperti halnya ketika Clinton mendukung KLA, Obama sekarang nampaknya hendak mencitrakan OPM sebagai entitas politik yang masih eksis di Papua dengan adanya serangkaian kerusuhan yang dipicu oleh OPM sepanjang 2009 ini.
Lucunya, beberapa elemen LSM asing di Papua, akan menyorot setiap serangan balasan TNI dan Polri terhadap ulah OPM memicu kerusuhan, sebagai tindakan melanggar HA Tapi sebenarnya ini skenario kuno yang mana aparat intelijen kita seperti BIN maupun BAIS seharusnya sudah tahu hal akan dimainkan Amerika ketika Obama yang kebetulan sama-sama dari partai Demokrat, tampil terpilih sebagai Presiden Amerika.
Isu-isu HAM, memang menjadi ”jualan politik” Amerika mendukung kemerdekaan Papua. Karena melalui sarana itu pula Washington akan memiliki dalih untuk mengintervensi penyelesaian internal konflik di Papua.
Di sinilah sisi rawan UU FRAA jika nantinya lolos di kongres. Sebab dalam salah satu klausulnya, mengharuskan Departemen Luar Negeri Amerika melaporkan kepada kongres Amerika terkait pelanggaran- pelanggaran HAM di Papua.
Maka, kejadian tewasnya 8 anggota TNI, jangan dibaca semata sebagai konsekwesnsi Perang antara TNI dan OPM, tapi lebih dari itu, untuk membenturkan antara TNI dan warga sipil Papua, yang nantinya seakan semua warga sipil Papua adalah OPM.
Rand Corporation Rekomendasikan Indonesia Dipecah Jadi 7 Wilayah
Dalam buku saya, Tangan-Tangan Amerika (Operasi Siluman AS di Pelbagai Belahan Dunia), terbitan Global Future Institute pada 2010, bahwa dalam skema yang dirancang Pentagon melalui rekomendasi studi Rand Corporation, Indonesia harus dibagi 8 wilayah, yang mana salah satu prioritas jangka pendek adalah memerdekakan Papua. Ini yang kemudian saya istilahkan dalam bukut saya sebagai BALKANISASI NUSANTARA.
Melalui skema Presiden Obama sejak 2008, dengan menggunakan jargon demokrasi dan penegakan HAM sebagai isu sentral, maka masalah masa depan Aceh dan Papua bisa menjadi duri dalam daging bagi hubungan Indonesia-Amerika ke depan.
Rekomendasi macam ini jelas tidak main-main mengingat kenyataan bahwa Rand Corporation merupakan sebuah badan riset dan pengembangan strategis di Amerika yang dikenal sering melayani secara akademis kepentingan Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) dan atas dukungan dana dari Pentagon pula. Sehingga bisa dipastikan rekomendasi-rekomendasi studi Rand Corporation ditujukan untuk menyuarakan kebijakan strategis Pentagon dan Gedung Putih.
Dengan demikian, internasionalisasi Papua dan Bahkan Aceh, yang sudah menerapkan otonomi daerah, ternyata masih merupakan isu sentral dan agenda mereka hingga sekarang. Bahkan dalam scenario building yang mereka gambarkan, wilayah Indonesia harus dipecah menjadi 7 bagian.
Sekadar informasi, rekomendasi Rand Corporation ihwal memecah Indonesia jadi 8 bagian tersebut dikeluarkan pada tahun 1998. Artinya, pada masa ketika Presiden Clinton masih menjabat sebagai presiden. Berarti rekomendasi Rand Corporation atas sepengetahuan dan sepersetujuan Presiden Clinton dan Pentagon.
Dengan demikian, menjadi cukup beralasan bahwa rekomendasi Rand Corporation tersebut akan dijadikan opsi oleh Obama. Karena rekomendasi Rand Corporation dikeluarkan ketika suami Hillary masih berkuasa.
Dalam skenario Balkanisasi ini, akan ada beberapa negara yang terpisah dari NKRI. Yang sudah terpisah Yaitu Timor Timur yang terjadi pada 1999 masa pemerinthan BJ Habibie. Lalu Aceh, sepertinya sedang dalam proses dan berpotensi untuk pecah melalui “sandiwara” MoU Helsinki dan kemungkinan (telah) menangnya Partai Lokal di Aceh pada Pemilu 2009 tahun ini. Kemudian Ambon, Irian Jaya, Kalimantan Timur, Riau, Bali. Dan sisanya tetap Indonesia.
Anggap saja skenario ini memang sudah ditetapkan oleh pemerintahan Obama, maka besar kemungkinan skenario ini akan dijalankan Amerika tidak dengan menggunakan aksi militer. Dalam skema ini, Diplomasi Publik Menlu Clinton, yang di era kedua kepresidenan Obama diteruskan oleh Menlu John Kerry,  akan menjadi elemen yang paling efektif untuk menjalankan skenario Balkanisasi Nusantara tersebut.
Dengan kata lain, mengakomodasi dan menginternasionalisasi masalah Aceh atau Irian Jaya, akan dipandang oleh Amerika sebagai bagian dari gerakan demokrasi dan penegakan HAM.
Menyadari kenyataan ini, rencana OPM berikutnya untuk membuka kantor perwakilannya di Belanda Agustus ini, kiranya menjadi satu hal yang logis. Berarti, Uni Eropa berperan besar dalam gerakan internasionalisasi Papua ini.
Dan hal ini, sudah terbukti melalui MOUS Helsinki untuk Aceh. Uni Eropa memang sejauh ini memang sudah menjadi pemain sentral di Aceh pasca MoU Helsinki. Misalnya saja Pieter Feith, Juha Christensen sementara dari persekutuan Inggris, Australia dan Amerika, mengandalkan pemain sentralnya pada Dr Damien Kingsbury dan Anthoni Zinni.
Mereka semua ini dirancang sebagai agen-agen lapangan yang tujuannya adalah memainkan peran sebagai mediator ketika skenario jalan buntu terjadi antara pihak pemerintah Indonesia dan gerakan separatis. Ketika itulah mereka-mereka ini menjadi aktor-aktor utama dari skenario internasionalisasi Aceh, Irian Jaya, dan daerah-daerah lainnya yang berpotensi untuk memisahkan diri dari NKRI. Motivasi para penentu kebijakan luar negeri Amerika memang bisa dimengerti. Karena dengan lepasnya daerah-daerah tersebut, Amerika bisa mengakses langsung kepada para elite daerah tanpa harus berurusan dengan pemerintahan di Jakarta seperti sekarang ini. Dorongan untuk memperoleh daerah pengaruh nampaknya memang bukan monopoli kepresidenan Bush. Obama pun pada hakekatnya bertujuan sama meski dengan metode yang berbeda.
Beberapa Sosok Asing di balik Gerakan Pro Papua Merdeka
Salah satu sosok yang harus dicermati adalah Eni Faleomavaega, Ketua Black Caucuses Amerika yang mengkampanyekan Irian Jaya sebagai koloni VOC bukan koloni Belanda di Kongres Amerika. Kabarnya, perwakilan Partai Demokrat dari American Samoa ini memimpin sekitar 38 anggota Black Caucuses yang mengklaim bahwa cepat atau lambat Papua akan merdeka.
Pengaruh tokoh satu ini ternyata tidak bisa dianggap enteng. Mari kita berkilas-balik sejenak.
Pada 2002, tak kurang dari Departemen Luar Negeri AS terpaksa menerbitkan Buku Putih Deplu tentang Papua pada 2002. Disebutkan bahwa Irian Jaya masuk Indonesia pada 1826. Sementara Pepera merupakan pengesahan atau legalitas masuknya Irian Jaya ke NKRI pada 1969.
Bayangkan saja, Departemen Luar Negeri AS sampai harus meladeni seorang anggota parlemen seperti Eni Faleomavaega. Dan ternyata manuver Eni tidak sebatas di Amerika saja. Melalui LSM yang dia bentuk, Robert Kennedy Memorial Human Right Center, Eni dan 9 orang temannya dari Partai Demokrat, melakukan tekanan terhadap Perdana Menteri John Howard, agar memberi perlindungan terhadap 43 warga Papua yang mencari suaka di di Australia. Alasannya, mereka ini telah menjadi korban pelanggaran HAM TNI.
Di Australia, Bob Brown, politisi Partai Hijau Australia, juga santer mendukung gerakan pro Papua Merdeka, dengan mendesak pemerintahan Howard ketika itu untuk mendukung proses kemerdekaan Papua. Tentu saja usul gila-gilaan itu ditampik Howard, namun sebagai kompensasi, pemerintah Australia memberikan visa sementara kepada 42 pencari suaka asal Papua.
Tentu saja hubungan diplomatik Australia-RI jadi memanas, apalagi berkembang isu ketika itu bahwa ke-43 warga Papua cari suaka ke Australia itu sebenarnya merupakan “agen-agen binaan” Australia yang memang akan ditarik mundur kembali ke Australia. Artinya, permintaan suaka itu hanya alasan saja agar mereka tidak lagi bertugas menjalankan operasi intelijen di Papua. Mungkin kedoknya sebagai jaringan intelijen asing di Papua, sudah terbongkar kedoknya oleh pihak intelijen Indonesia.
Dan isyarat ini secara gamblang dinyatakan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan waktu itu, Widodo AS. Menurut Widodo, pemberian visa sementara kepada warga Papua oleh Australia, telah membenarkan adanya spekulasi adanya elemen-elemen di Australia yang membantu usaha kemerdekaan Papua.
Menurut penulis, dan kami-kami di Global Future Institute, pernyataan Widodo sebenarnya sebuah sindiran atau serangan halus terhadap gerakan asing pro Papua merdeka. Bahwa yang sebenarnya bukan sekadar adanya elemen-elemen di Australia yang membantu kemerdekaan Papua, tapi memang ada suatu operasi intelijen dengan target utama adanya Papua Merdeka terpisah dari NKRI.
Selain Amerika dan Australia, manuver Papua Merdeka di Inggris kiranya juga harus dicermati secara intensif. 15 Oktober 2008, telah diluncurkan apa yang dinamakan International Parliaments for West Papua (IPWP) di House of Commons, atau DPR-nya Kerajaan Inggris.
Misi IPWP tiada lain kecuali mengangkat masalah Papua di fora internasional. Meski tidak mewakili negara ataupun parlemen suatu negara, namun sepak-terjang IPWP tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab IPWP bisa menjadi kekuatan penekan agar digelar referendum di Papua, penarikan pasukan TNI dari Papua, penempatan pasukan perdamaian di Papua di bawah pengawasan PBB.
Jelaslah sudah ini sebuah agenda berdasarkan skema Kosovo merdeka. Apalagi ketika IPWP juga mendesak Sekjen PBB meninjau kembali peranan PBB dalam pelaksanaan penentuan pendapat rakyat (pepera) 1969, sekaligus mengirim peninjau khusus PBB untuk memantau situasi HAM di Papua.
Agar kita sebagai elemen bangsa yang tidak ingin kehilangan provinsi yang kedua kali setelah Timor Timur, ada baiknya kita mencermati skenario Kosovo merdeka.
Kosovo terpisah dari negara bagian Serbia pada 17 Februari 2008. Dengan didahului adanya tuduhan pelanggaran HAM di provinsi Kosovo. Papua Barat dianggap mempunyai kesamaan latarbelakang dengan Kosovo. Yaitu, Indonesia dan Serbia dipandang punya track record buruk pelanggaran HAM terhadap rakyatnya. Sehingga mereka mengembangkan isu bahwa Kosovo perlu mendapat dukungan internasional. Inilah yang kemudian PBB mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan PBB 244 .
Seperti halnya juga dengan Kosovo yang memiliki nilai strategis dalam geopolitik di mata Amerika dan Inggris, untuk menghadapi pesaing globalnya, Rusia. Begitu pula di Papua, ketika perusahaan tambang Amerika Freeport dan perusahaan LNG Inggris, merupakan dua aset ekonomi mereka untuk mengeruk habis kekayaan alam di bumi Papua. Sekaligus untuk strategi pembendungan AS terhadap pengaruh Cina di Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara.
Waspadai Balkanisasi Nusantara
1.Indonesia ada rencana hendak dibelah dengan memakai model Polinesia (negara pulau) di Lautan Pasifik. Sehingga mulai beredar pengguliran Isu Negara Timor Raya di Provinsi Nusa Tenggara Timur mulai santer terdengar.
2. Indonesia akan dibelah jadi tiga negara dengan berdasar pada klasifikasi provinsi ekonomi kuat dengan rincian sebagai berikut:
a. Aceh, Riau dan United Borneao(Kalimantan).
b. Pusat wisata dan seni dunia semacam Bali, Flores, Maluku dan Manado,
c. Jawa, Sunda dan Daerah Khusus Jakarta.
MODUS OPERANDI
Dengan melihat perkembangan terkini berdasarkan prakarsa dua anggota Kongres AS untuk menggolkan seruan resolusi agar Baluchistan diberi hak sejarah menentukan nasib sendiri dan negara sendiri, lepas dari Pakistan, maka Global Future Institute merasa perlu mengingatkan kemungkinan langkah langkah dua tahap yang akan ditempuh Amerika Serikat dan Sekutu-sekutu Eropanya:
1. Melakukan Internasionalisasi Isu Provinsi yang bermaksud ingin merdeka dan lepas dari negara induknya. Keberhasilan prakarsa dua anggota Kongres AS menggolkan resolusi Baluchistan, bisa jadi preseden bagi langkah serupa terhadap Papua.
2. Seiring dengan keberhasilan gerakan meng-internasionalisasi provinsi yang diproyeksikan akan jadi merdeka, maka REFERENDUM kemudian dijadikan pola dan modus operandi memerdekakan sebuah provinsi dan lepas dari negara induk.
Demikian, semoga menjadi perhatian dan kewaspadaan semua elemen bangsa, dan pemegang otoritas pemerintahan.
Prakarsa Anggota Kongres Dana Rohrabacher, Bukti Nyata Gerakan Sistematis Washington Merdekakan Baluchistan Lepas dari Pakistan
Kalau Amerika Serikat berniat memecah Indonesia jadi 7 bagian, seperti sempat dirilis oleh Rand Corporation pada 1998 lalu, kasus Baluchistan bisa jadi bukti nyata bahwa gerakan separatism memang bagian dari rencana strategis Washinton.
Baru-baru ini, Dana Rohrabacher, anggota Kongres dari Partai Republik asal negara bagian California, telah mengajukan sebuah resolusi yang pada intinya menegaskan bahwa Baluchistan mempunyai hak sejarah untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai bangsa. Dengan kata lain, Dana Rohrabacher mendukung berdirinya Baluchistan sebagai negara merdeka.
Seperti kita ketahui bersama, Baluchistan saat ini terbagi menjadi daerah yang masuk dalam kedaulatan Pakista, Iran dan Afghanistan. Mengingat nilai strategis Baluchistan sebagai daerah jalur sutra yang kaya sumberdaya alam seperti minyak, gas dan tambang, bisa dimengerti jika Washington secara sistematis sedang membantu elemen elemen pro kemerdekaan Baluchistan untuk jadi negara tersendiri yang bebas dari orbit pengaruh Iran, Afghanistan dan Pakistan.
Terbukti bahwa prakarsa Dana Rohbacher tersebut kemudian mendapat dukungan dari dua anggota Kongres lainnya seperti Louie Gohmert dari negara bagian Texas, dan Steve King, dari negara bagian Iowa, keduanya juga dari Partai Republik.
Manuver Washington untuk mendorong kemerdekaan Baluchistan nampaknya memang cukup serius mengingat fakta bahwa Dana Rohrabacher saat ini menjabat sebagai Ketua Sub-Komite Kongres bidang luar negeri khusus bidang pengawasan dan investigasi.
Karena itu masalah sepertinya akan semakin krusial karena Rohrabacher menegaskan bahwa salah satu pertimbangan mengapa dirinya memprakarsai resolusi Kongres Amerika agar mendukung kemerdekaan Baluchistan, karena adanya bukti bukti kuat tindak kekerasan dan korban pembunuhan diluar jalur jalur hukum (Extra Judicial Killing).
Pada 1947, Baluchistan memang sempat bermaksud memerdekakan diri, namun kemudian berhasil digagalkan oleh Pemerintah Pakistan. Maka menghadapi gerakan Washington melalui prakarsa Dana Rohrabacher dan kawan-kawan di Kongres ini, Pakistan lah pihak yang paling duluan merasa kebakaran jenggot.
Tentu saja menghadapi manuver Rohrabacher Cs ini, Pakistan mengecam prakarsa ini sebagai bentuk campur tangan  terhadap urusan dalam negeri Pakistan. Betapa tidak. Pakistan beranggapan bahwa Baluchistan merupakan salah satu provinsi yang menjadi bagian dari Pakistan.
Mengingat masalah separatism ini sangat sensitif, nampaknya Gedung Putih, dalam hal ini Departemen Luar Negeri, belum berani secara langsung membuka fron terhadap pemerintah Pakistan.
Terlepas adanya berbagai pandangan yang melihat Baluchistan selama ini memang menjadi obyek eksploitasi para elit politik suku Pastun dan Punjabi di Pakistan, rasa rasanya penilaian Pakistan bahwa Amerika Serikat sedang melakukan campur tangan urusan dalam negeri Pakistan, untuk mendorong gerakan kemerdekaan Baluchistan, memang benar adanya.
Kiranya ini bisa menjadi early warning signal bagi pemerintah Indonesia, bahwa gerakan kaukus Papua di Kongres Amerika untuk mendukung Organisasi Papua Merdeka (OPM) memerdekakan Papua, cepat atau lambat akan diagendakan kembali. Atau setidaknya, mengkondisikan Papua agar bisa diangkat ke forum internasional (Internasionalisasi Papua).

Ketika Jenderal TNI Mengaku Tahu Pemasok Senjata OPM

Abepura, Jubi – “Saya tahu di mana OPM (Organisasi Papua Merdeka) berada, dukungan persenjataannya pun saya tahu. Kalau saya mau, sekali tumpas selesai,” ucap Mayjen TNI Christian Zebua, Pandam XVII Cendwasih, 19 September 2014.(http://bintangpapua.com/index.php/lain-lain/k2-information/halaman-utama/item/17263-“saya-tahu-dimana-opm-berada”).
Pernyataan itu sangat mengejutkan kita. Warga yang tidak suka berpikir sekalipun pasti bertanya-tanya: ada apa dengan  pernyataan yang sangat ambigu itu? Kalau tahu pemasok pesenjataan, mengapa sang jenderal tidak memburu otak di balik semua penembakan di Papua itu? Mengapa tidak sekali tumpas saja kelompok yang mengancam kenyamanan warga negara itu?
Kita tidak mau mengada-adakan jawaban atas pertanyaan. Kita hanya perlu mengingat pernyataan Lukas Enembe, Gubenur Papua, yang sama mengejutkan publik Indonesia mengenai sumber persenjataan OPM. Pernyataan Enembe disampaikan usai pertemuan dengan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso di awal tahun ini, terkait kondisi maraknya penembakan di Papua.
Menurut Enembe, maraknya penembakan di Papua bagian dari ulah aparat yang datang ke Papua dengan menjual amunisi ke masyarakat lokal. “Kapolri dan Panglima tertibkan itu amunisi, karena amunsinya dijual oleh anggota kita sendiri,” tegas Lukas saat ditemui awak media di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (6/2/2014).
Enembe mencurigai  persediaan peluru kelompok bersenjata yang tidak pernah habis saat baku tembak dengan aparat. Ia  juga membantah bila ada pembelian senjata ilegal di Papua, karena keamanan di sana sangat ketat. “Sulit membawa senjata atau amunisi ilegal dari luar Papua, kecuali membeli dari aparat yang bertugas,” katanya.
Media massa  pun pernah mencatat pernyataan anggota Komisi I DPR Yorrys Raweyai. Ia menilai ada kejanggalan yang terjadi saat para aparat yang datang dari luar Papua. Mereka datang membawa begitu banyak amunisi, namun setelah pulang amunisi dinyatakan habis. Karena itu, politikus Partai Golkar ini meyakini kelompok bersenjata di Papua mendapat amunisi justru dari aparat keamanan sendiri.
“Dari mana amunisi bisa masuk ke sana? Ada indikasi pasukan di-BKO-kan datang bawa peluru, pulang tak bawah apa-apa. Jadi ada istilah, datang bawa M16 pulang bawa Rp16 M,” kata Yorrys.
Menurut dia, amunisi dijual oleh para aparat keamanan dengan harga Rp1.500 per butir. Dia juga yakin hal ini terjadi karena selongsong yang ditemukan dalam penyisiran tempat kontak senjata itu berasal dari PT Pindad kerap digunakan aparat keamanan.
“Amunisi terbatas, kenapa kontak senjata dari tahun ke tahun amunisi tidak pernah habis temuan selongsong buatan Pindad, dari mana itu barang?” tandasnya.
Kita mesti ingat pengakuan Panglima OPM, usai penembakan di Lani Jaya beberapa waktu lalu. Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM) Kodap VII, Erin Enden Wanimbo, menyatakan bahwa memanasnya situasi di Lanny Jaya, Papua, belakang ini lantaran gagalnya transaksi amunisi pihaknya dengan oknum aparat kepolisian di wilayah itu.
“Kondisi Lanny Jaya sehingga seperti sekarang ini berawal dari perjanjian jual beli amunisi dengan seorang anggota polisi namanya Rahman. Dia mau jual 1.000 amunisi ke kami. Kami lalu janjian untuk ketemu di suatu tempat,” kata orang yang mengklaim diri Erin Ende Wanimbo kepada media Jubi via selulernya, Jumat (8/8).
Menurutnya, setelah bertemu dengan anggota polisi bernama Rahman itu, terjadilah perselisihan. Wanimbo mengklaim, aparat kepolisian yang datang menggunakan dua mobil itu berusaha menangkap dan menembak dirinya. Namun, Wanimbo duluan bertidak menembak mati dua anggota polisi. Satu tewas dan dan melukai satu yang lain.
“Kami lalu membawa lari empat senjata mereka. Hari kedua mereka masuk dan melakukan operasi. Mereka bakar honai, rumah dan bunuh babi,” ujarnya. Perampasan senjata TNI/Polri sering terjadi di wilayah Gunung atas nama OPM ataupun yang bukan. Kita sulit pastikan itu OPM atau bukan karena ada istilah binaan.
Kepolisian Daerah (Polda) Papua membantah pernyataan Wanimbo itu. “Itu tidak benar. Mereka dapat amunisi dan Senjata Api (Senpi) karena merampas dari anggota kami yang ada di sana,” kata Wakil Kepala Kepolisian (Wakapolda) Papua, Brigadir Jenderal (Pol), Paulus Waterpau kepada media ini.
Pernyataan bantahan yang lebih halus datang dari wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin. Ia tak percaya dengan statemen Gubernur Papua Lukas Enembe yang mengatakan bahwa personel TNI-Polri kerap menjual amunisi ke warga Papua. Ia yakin OPM menggunakan senjata lama atau senjata tua.
“Kalau saya tak percaya, TNI (khususnya non organik) menjual peluru ke gerombolan OPM. Senjata yang digunakan OPM adalah senjata tua jenis LE, SP 1 dan Steyer,” ujar TB Hasanuddin kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (6/2). (http://merdeka.com)
Pernyataan-pernyataan yang mengejutkan itu semua terungkap dalam tahun 2014 ini dari mulut pejabat negara. Penjabat negara yang mengendalikan roda pemerintah nasional di daerah. Paling kurang mereka mengetahui apa yang mereka katakan. Mereka pasti bertangungjawab atas pernyataan mereka.
Karena itu, kita mengharapkan pengungkapan itu awal dari mencari pemain dibalik penembakan di Papua, namun semua itu meuncul dan menghilang begitu saja. Gubernur maupun Pandam XVII Cenderawasih yang memimpin prajurit TNI, yang berusaha mengamankan Papua dari konflik kekerasan mendiamkannya. Kalau memburu warga binaan daripada otaknya, jauh dari menyelesaikan konflik. Kelompok binaan akan tetap eksis hingga ada alasan pembunuhan terus terjadi. Atau kita patut mencurigai: apakah ini kesengajaan pemerintah membiarkan pembunuhan terhadap rakyat sipil maupun aparat, baik itu TNI/maupun Polri terus terjadi? Apakah ini ketidakadaan niat yang serius pemerintah untuk menyelesaikan masalah Papua?
Kalau tidak mau mengungkap otak di balik pemasok tima pembunuh rakyat, mengapa menjadi pemimpin di wilayah konflik ini? Mengapa terus melakukan pengiriman pasukan, mengamanankan dan pengejaran terhadap mereka yang dicurigasi sebagai pelaku?Apakah konflik Papua menjadi lahan subur bagi yang menjadi pejabat negara?
Rakyat mungkin mengerti momen para pejabat negara itu memberikan pernyataan. Rakyat patut mencurigai momen dan ambisi yang memberikan komentar kotraversial itu. Mereka bisa saja memanfaatkan situasi Papua mengamankan kepentingannya. Entahlah. Bisa popularitas, jabatan dan kepentingan ekonomi. (Mawel Benny)

ALASAN SUAMI SELINGKUH, BUKTI LEBIH CINTA WIL ? BY. DETIUS YOMAN

Apakah suami lebih mencintai istri daripada WIL ? Ya, sudah pasti. Tetapi mengapa dia tega berselingkuh ? Karena anda sebagai istri, tidak bisa memuaskan suami anda. Jangan salah paham, kebutuhan utama seorang pria bukan seks semata. Dia lebih butuh pengakuan, penghargaan dan tantangan. Seks bisa dibeli dimana saja, kapanpun dia inginkan, tetapi kebanggaan menjadi seorang laki-laki sejati hanya didapatkan dari anda. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, terjadilah perselingkuhan. Alasan bisa dicari....gampang itu !

Alasan suami berselingkuh dengan wanita lain

FAKTA TENTANG SEKS  PRIA

Sex di mata pria seperti makan pagi, makan siang dan makan malam yang tidak perlu  perasaan. Pria terangsang melihat wanita berbaju seksi,  berdada besar ataupun kecil asalkan telanjang. Burungnya bisa ereksi 2 kali se-jam. Dia memikirkan tentang seks 34 kali sehari.
Laki - laki membutuhkan Seks. Mereka kecanduan seks. Tak ada yang lebih mereka butuhkan di dunia ini selain seks. Tak ada hal lain yang begitu mereka dambakan secara terus-menerus selain seks. Pria tidak dapat hidup tanpanya. Ambil saja rumah kami, pekerjaan kami, mobil kami, tapi mohon jangan halangi seks kami. Kami tidak peduli yang lain-lain, kami hanya butuh seks. Kami butuh untuk terhubung secara fisik dengan wanita yang kami cintai, wanita yang setia dan mendukung kami, dan cara kami untuk mewujudkannya adalah dengan bercinta.
Pria berpikiran tentang seks 24kali sehariInilah cara pria mengisi baterai mereka agar bisa terhubung kembali. Saya tidak tahu laki-laki mana yang tidak membutuhkan seks. Tanyakan kepada laki-laki mana saja, apakah seks penting dalam sebuah hubungan, dan mereka yang mengatakan "tidak" berarti telah berbohong. Jika anda menemukannya, mari kita awetkan orang itu, karena dia langka dan sangat istimewa.
Tak seorang lelaki pun mampu bertahan tanpa seks.
Oh, dia akan tetap mendampingi anda saat anda sedang berhalangan - jika dia mencintai anda. Jika dia tidak peduli dengan anda, dia tidak akan repot-repot menunggu anda. Dia akan pergi dan mencarinya di tempat lain. Namun apabila dia tertarik kepada anda, dan anda membatasi jatahnya, serta mengubah sikap, tidak lagi mesra seperti saat pertama kali berpacaran, dia akan pergi ke wanita lain yang bersedia melakukannya. Percayalah, meski dia berkata kepada semua orang, "Ini cintaku," pada saat yang sama, dia akan mencari wanita lain untuk memberikan apa yang dia butuhkan dan inginkan. Pria mudah terangsang dan jarang sekali bisa mengendalikan nafsunya.
Tidak seperti wanita yang membutuhkan rasa nyaman, rasa aman agar bisa terangsang. Sekalipun semua kebutuhannya terpenuhi, jika suasana hatinya sedang tidak enak, dia tidak bisa terangsang. Apabila semuanya sikon dalam keadaan baik, tetapi anda terlalu cepat melakukan penetrasi....maka wanita tidak terangsang.....gilaaaa.....susah sekali merangsang wanita !
Betul....betul....betul....karena wanita itu seperti oven. Terlalu cepat bisa tidak matang, terlalu lama malahan gosong. Pria sangat mudah terangsang dan dirangsang. Pegang tongkatnya dan goyang maju-mundur....selesai sudah  !
Tapi, apakah pria sedemikian mudahnya berhubungan seks dengan wanita lain ? Wanita sering berpikir demikian dan tidak percaya jika saya katakan bahwa itu tidak benar. Pria mudah ereksi namun sulit penetrasi. Ereksi itu menegang dan mengeras, sementara penetrasi adalah "memasukkan" ke target. Begitu akan penetrasi, " adiknya" lunglai. Setelah dirangsang bisa ereksi, tapi begitu hendak "bekerja" lemas kembali.
Pria yang suka jajan WTS tidak mudah ereksiApakah pria yang berselingkuh akan berhubungan sex sejam sekali ? Tidak juga. Seks bukan alasan utama pria selingkuh. Anda perlu tahu bedanya antara membeli dengan memelihara. Pria bisa beli seks kapanpun dia mau. Seperti seorang wanita yang hendak membeli sepatu, pria akan mengamati "barang-barang"  di aquarium dengan seksama.
Melihat rambutnya, wajahnya, dadanya, betisnya, pantatnya, bajunya, tumitnya. Si. Mami akan menerangkan kelebihan  anak-anaknya....."Si Anu baju putih itu orangnya sabar, gaya apa aja mau, gak cerewet. Kalo yang sebelahnya, itu orang kota X, belum ada yang booking loh.....bla...bla...bla...
Deal ! Mereka masuk ke kamar dan setelah 1 jam keluar sambil tersenyum kegirangan. Si cewek kembali ke Aquarium untuk membuka lapaknya sementara si pria pulang dengan santainya, seperti tidak terjadi apa-apa,  kecuali bau parfum yang melekat di tubuhnya.
Bagi laki-laki, membeli seks itu seperti transaksi jual beli. Lu jual Gua beli. Tidak ada unsur emosianal di dalamnya. Tidak ada ikatan dan tanpa komitmen. Lain halnya jika "memelihara" wanita. Melibatkan baik jiwa dan raga, emosi dan tubuhnya.
Inilah yang saya maksudkan dengan selingkuh. Istri dan keluarga nomer dua, prioritasnya saat ini ada pada Wanita Idaman Lain (WIL). Dia jatuh cinta. Dan dunia milik berdua.
Jika pria hanya membutuhkan seks, maka dia tidak akan selingkuh. Saya yakin 1000 %. Lalu apa alasan pria berselingkuh dengan wanita atau istri orang lain ? Karena dia membutuhkan penghargaan dan dukungan.

PRIA MEMBUTUHKAN PENGHARGAAN DAN DUKUNGAN

Pria harus merasa spesial, seakan-akan mereka adalah raja. Sebagai istri seharusnya anda mengerti, ketika pria keluar melewati pintu depan, mereka berhadapan dengan dunia yang kejam dan bisa menjatuhkan kami kapan saja. Tak peduli apakah dia berkulit hitam, bermata sipit atau anak mama, setiap laki-laki meninggalkan rumah untuk pergi berperang. Di kantor, siapa pun bisa datang kapan saja ke meja kerjanya sambil memberikan surat PHK - yang akan mengubah hidupnya dalam sekejap mata. Bawahan atau anak buah pasangan anda mungkin berniat menjatuhkannya agar memperoleh gaji yang lebih besar - dan tidak ambil pusing jika perbuatannya itu dapat membahayakan pekerjaan pasangan anda. Pasangan anda mungkin saja sedang mengendarai mobilnya di jalan raya untuk suatu urusan dan tiba-tiba dipaksa menepi, lalu sesuatu dapat terjadi di luar kendalinya, atau seseorang bisa saja muncul dan mengambil miliknya. Dengan kata lain, seorang lelaku harus selalu waspada, selalu menilai orang lain di sekitarnya, dan selalu siap melindungi semua miliknya (termasuk anda). Pria membutuhkan kata-kata pujian seperti andaJadi, saat pria pulang ke rumah, mereka ingin mengendurkan saraf-saraf yang tegang. Mereka hanya ingin mendengar istrinya berkata, "Sayang, bagaimana keadaan hari ini ? Terima kasih telah bekerja keras untuk kami. Keluarga ini membutuhkanmu, menginginkanmu dan bahagia memiliki dirimu."
Pria harus merasa seperti raja, meskipun tingkah laku kami tidak seperti raja. Percayalah, jika anda memperlakukan suami anda seperti raja, semakin banyak balasan yang anda terima. Mereka akan bekerja lebih keras lagi. Begitu polos dan sederhana saja bukan ?
Dia ingin istrinya mengatakan, "Sayang, aku sangat menghargai semua yang telah kau lakukan untukku dan anak-anak."
Kalimat sederhana itu memberi mereka kekuatan untuk tetap melakukan hal-hal yang benar dan selalu berada di sisi anda dan anak-anak. Pria akan melakukan apa saja, mulai dari bekerja lebih keras agar membawa pulang uang yang lebih banyak sampai pekerjaan remeh-remeh seperti turut menyiapkan makan malam atau melipat setumpuk cucian. Dan mereka akan semakin rajin melakukannya jika ada hadiah di baliknya. Hadiah itu tidak perlu berupa uang. Hanya sesuatu yang berasal dari hati: sebuah ucapan terima kasih dan penghargaan.
Anda tak menyadari betapa penting arti kata-kata itu bagi suami anda. Sedikit saja dukungan diterimanya, dia akan melakukan lebih banyak lagi. Mungkin anda berpikir bahwa mereka adalah makhluk yang tangguh dan tidak suka bermanja-manja sehingga tidak membutuhkan dukungan serta kata-kata manisa anda. Namun, nyatanya pria tidak begitu. Jika anda datang pada kami dan berkata, "Kau begitu besar dan kuat, kaulah segalanya bagiku," Wah, mereka akan melakukan apa saja agar anda mengatakan hal itu lagi dan lagi.
WIL mengetahui prinsip menaklukan pria ini. Mereka mengendalikan pria dengan cara meminta mereka melakukan sesuatu kemudian memujinya. Berulang - ulang, setiap hari sehingga pria merasa tidak bisa hidup tanpanya. Sementara istri mereka berkata dalam hatinya, "Sudah seharusnya mereka melakukan itu, itu tanggungjawab mereka."
Cobalah memahami bahwa cara pria mencintai berbeda dengan cinta seorang wanita. Cinta anda itu emosional, merawat, penuh perasaan. Jika seorang wanita mencintai pria, dia akan setia kepadanya. Dia tidak bisa membayangkan dirinya dengan orang lain, karena baginya, tak ada orang lain yang bisa membuatnya jatuh cinta seperti itu. Itulah cinta wanita.
Pria menunggu ucapan terima kasih anda, bukan tugas-tugas harianNamun bagi lelaki, cinta adalah kesetiaan. Mereka ingin anda menunjukkan cinta anda melalui kesetiaan. Artinya, apapun yang terjadi, anda harus tetap berada di sisi kami. Jika kami dipecat dari pekerjaan, kami tahu anda akan tetap tinggal, meskipun kami tidak lagi memiliki gaji. jika anda sedang berkumpul dengan teman-teman wanita, anda akan mengatakan dengan penuh semangat, "Itu suamiku, aku setia sampai mati kepadanya." Bagaimana jika seorang pria kaya atau ganteng memasuki ruangan dengan uang berlimpah hingga tercecer dari jas-jas mereka, dengan langkah kaki seperti melayang di udara dan tampak bersinar ? Anda akan menggengam tangan kami lebih erat dan berkata dalam lubuk hati anda yang terdalam, "Aku tidak butuh orang tampan yang bersinar-sinar dan kaya raya itu karena hanya kau yang kuinginkan."
Itulah kesetiaan, jenis cinta yang dibutuhkan pria. Bagi mereka kesetiaan adalah cinta. Jenis cinta yang anda inginkan memang indah, tetapi cinta kami tidak seperti cinta anda. Ia berbeda, meskipun tetap disebut cinta. Dan citna seorang pria adalah sesuatu yang memiliki kekuatan dahsyat. Cinta yang luar biasa. Jika kesetiaan anda itu memang sungguh-sungguh dan tidak bercacat, pria akan menembus dinding beton untuk anda. Dia tidak akan mencari Wanita Idaman Lain.

JADI, APA ALASAN PRIA BERSELINGKUH ?

Pertama dan terutama, suami anda selingkuh karena suasana rumah tidak seperti dulu lagi. Benar, saya memang bermaksud mengatakan: anda adalah penyebabnya. Suami anda mungkin menganggap hubungan kita tidak memiliki percikan-percikan api asmara yang membuatnya bergairah seperti dulu. Sikap anda terhadapnya tidak seperti saat anda berdua jatuh cinta untuk pertama kalinya. Anda tahu bagaimana kejadiannya: anda berdua merasa nyaman satu sama lain, memulai hubungan bersama, mempunyai anak dan membeli rumah. Lalu anda mulai berkutat untuk membayar tagihan-tagihan dan membesarkan anak-anak, pergi bekerja dan ikut berpacu dengan sesama umat manusia untuk melakukan apa yang harus dilakukan oleh keluarga.
Pria selingkuh karena anda lebih mementingkan rumah tangga daripada dirinya
Lalu suami anda menganggap, wanita yang dulu senang mengenakan baju seksi dan melakukan hal - jal kecil yang membuat suasana bergairah kini tidak lagi tertarik untuk melakukannya seperti ada awal hubungan. Seks tidak lagi menjadi inspriasi. Ketika pergi bekerja, dia mengenakan rok yang cantik, sepatu hak tinggi, berdandan dan lain-lainnya. Tetapi setibanya di rumah, keindahan itu hilang sebelum dia sampai di depan pintu. Kemudian, setelah bekerja seharian di kantor dan masih harus menyelesaikan tugas-tugas lain setibanya di rumah, dia pergi tidur sambil mengenakan scarf di kepala dan kaos oblong. Dan bisa jadi dia akan menyewa regu tembak untuk mengusir suaminya keluar hanya karena pasangannya itu ingin bercinta dengannya.
Dengan kata lain, apa yang terjadi di rumah sudah menjadi rutinitas. Dan suami anda merindukan percikan-percikan api cinta yang dulu senantiasa di kehidupan mereka. Anda telah berubah, pria juga tahu dirinya juga telah berubah, tetapi kita berbicara tentang anda. Mungkin perubahan itu terjadi karena anda tidak menghargainya seperti dulu lagi. Ucapan "terima kasih" sudah jarang terdengan, debat kusir adalah makanan sehari-hari, sepertinya kekacauan ikut terbangun pada pagi hari bersama anda dan meninabobokan adna berdua pada malam hari. Suasana rumah tidak lagi terasa seperti yang diharapkannya. Dan Apabila dia tidak mendapatkannya di rumah, dia mungkin mencarinya di tempat lain, karena anda bisa tebak, dia tahu selalu bisa mendapatkannya di tempat lain.
Alasan paling kuat mengapa pria berselingkuh adalah karena dia bisa dan selalu ada wanita di luar sana yang bisa diajak selingkuh.
Inilah kebenaran yang tidak ingin dihadapi oleh wanita manapun. Coba anda bayangkan bila setiap wanita di planet ini mengatakan, " Kau sudah menikah, aku tidak bisa melakukannya denganmu." Jika demikian, tahukah anda berapa banyak perkawinan dan hubungan yang bsia bertahan hingga sekarang ? Pria bisa berselingkuh karena banyak sekali wanit yang bersedia menyerahkan diri mereka pada pria yang bukan milik mereka. Tentu saja, ada beberapa wanita yang tertipu dan tidak mengetahui bahwa sang pria sudah menikah. Tetapi, yang biasanya terjadi, wanita menyadari bahwa mereka berselingkuh dengan pria yang sudah menikah. Ya, wanita seperti inilah yang tidak memiliki standar dan persyaratan serta mempunyai masalah serius dalam hal penghargaan terhadap dirinya sendiri, membuat mereka tak segan-segan untuk berbuat curang dan juga dicurangi.
Saya tidak bermaksud membenarkan tindakan pria selingkuh. Sebaliknya, ini kenyataan pahit mengapa laki-laki tak pernah berhenti dan tetap saja mencuri-curi kesempatan untuk berselingkuh.
Jajan dengan PSK bukan selingkuh bagi priaSeorang pria bisa mencintai istrinya, anak-anaknya, rumahnya, kehidupan yang telah mereka bangun bersama, dan memiliki keterikanan fisik yang luar biasa dengan istrinya, tetapi masih saja mencari wanita lain tanpa berpikir dua kali, karena perbuatannya dengan wanita lain itu tak memiliki arti khusus baginya. Semua itu hanya sesuatu yang membuatnya merasa nyaman secar fisik, tetapi secara emosional, hatinya dia simpan untuk istrinya.
Sekarang, coba anda melihat informasi tadi dari kacamata, katakanlah, seorang pria dengan kekuasaan tinggi, yang memiliki istri dengan pekerjaan yang sama-sama prestisius dan menyita waktu.
Pasangan ini terlihat bahagia, saling mencintai dan saling mendukung, mau berkorban satu sama lain. Tetapi, pekerjaan sang istri membuatnya sering pergi keluar kota, meninggalkan sang suami sendiri menjalankan urusan rumah tangga dan menjaga anak-anak, sambil memenuhi jadwal pekerjaan yang juga padat selama berminggu-minggu, tidak ada percakapan telepon yang panas dan menggairahkan untuk membantunya melalui waktu yang begitu panjang tanpa berhubungan intim.
Dalam situasi seperti ini banyak pria yang dengan mudah membuat pembenaran atas tindakan mereka mencari seks di luar rumah. Pria tadi atau pria - pria lainnya, tak akan bertahan tanpa seks dalam waktu yang begitu lama. Ini bukan karena dia tidak mencintai istrinya. Namun ia pulang ke rumah dalam keadaan letih setelah mengalami hari yang berat, lalu harus menyiapkan makan malam, mengantar-jemput anak-anak sepulang sekolah dan memeriksa pekerjaan rumah mereka.
Cara terbaik mencegah suami selingkuhDia stress luar biasa, dan kami para lelaki dapat mendengar apa yang berkecamuk dalam pikirannya: aku pergi ke sini dan membiarkan wanita lain membuatku bersemangat kembali, lalu aku akan pulang untuk memasak, menjemput anak-anak dan bekerja sampai wanita yang kucintai pulang ke rumah.
Mungkin bagi seorang wanita hal itu tampak seperti suatu "tindakan yang tak berperasaan", tetapi bagi pria itu beralasan. Dia mencoba untuk merasa lebih baik dengan caranya sendiri, dia akan mencari seks dari orang lain jika tidak bisa mendapatkannya dari anda. Anda melihatnya sebagai penghianatan cinta. Pria melihatnya sebagai jalan keluar untuk "meluruskan" otot-otonya dan supaya bersemangat kembali.

KESIMPULAN
Seorang pria akan selalu punya alasan mengapa dia berselingkuh. Namun pria tahu bahwa selingkuh itu tidak benar. Dia tahu apa yang anda tahu. Dan anda, para wanita, berhentilah mencari-cari kesalahan dari diri anda seperti, "Sikapku selama ini keliru, "Aku tidak cukup baik untuknya", "Aku mencintainya dengan cara yang salah" atau "Wanita itu lebih hebat dariku".
Perasaan bersalah anda akan menyakiti diri anda sendiri, melemahkan anda dan menghambat anda untuk tampil prima di mata suami anda. Yang akan mendorong suami anda untuk semakin giat berselingkuh. Anda tidak mungkin bisa memacu mobil ke depan jika terus-menerus melihat apa yang terjadi di belakang.
WIL menggunakan cara sederhana seperti berpura-pura lemah agar pria merasa kuat dan "berguna". Anda sebagai istri seharusnya bisa lebih baik dari mereka. Anda pasti menang melawan mereka karena sesungguhnya hati suami anda terikat dengan anda. Katakan dengan keras, "Engkau boleh memiliki tubuhnya, tapi hatinya hanya milikku !" Eh...salah ding ! "Baik tubuh dan hatinya adalah miliku !"